Produk Pangan RI yang Ditolak Lebih Banyak Karena Tak Higienis

Jakarta, Pencekalan produk pangan yang diimpor baru-baru ini menjadi sorotan karena dinilai mengandung zat berbahaya. Padahal sebenarnya sejak dulu sudah banyak produk pangan impor Indonesia yang ditolak di pasar luar negeri, tetapi bukan karena bahan kimia melainkan faktor kehigienisannya.

“Saya heran kenapa penolakan yang mi instan ini malah jadi heboh, padahal sebenarnya dari dulu sudah banyak produk Indonesia yang ditolak, bukan karena mengandung bahan berbahaya tetapi karena tidak higienis dan banyak mikrobanya,” jelas Prof Dr Ir Purwiyatno Hariyadi, M.Sc, ahli pangan dan Ketua Pusat Pangan SEAFAST IPB, dalam acara Media Briefing Edukasi dan Sosialisasi Bahan Tambahan Pangan di Hotel Kaisar, Jakarta, Senin (18/10/2010).

 

Prof Pur menjelaskan dari data badan pengawas makanan dan obat Amerika (FDA), sejak tahun 2001-2007 penolakan produk pangan Indonesia terbesar adalah karena ketidakhigienisannya.

“Bahkan hampir separuh produk pangan Indonesia yang ditolak pasar luar negeri adalah karena banyak terdapat mikroba dan Salmonella karena faktor sanitasi yang tidak bersih, jadi justru bukan karena bahan pengawetnya,” lanjut Prof Pur.

Untuk di Indonesia, faktor ketidakamanan pangan domestik berdasarkan data BPOM 2008, paling banyak karena mikroba yaitu dari 610 sampel 116 berasal dari miroba dan 66 dari bahan kimia.

“Sebenarnya yang harus jadi perhatian adalah industri rumah tangga (IRT) yang faktor sanitasi dan kebersihannya belum terjamin,” tambah Prof Pur.

Prof Pur juga menjelaskan, faktor utama penolakan produk pangan Indonesia berdasarkan data FDA adalah sebagai berikut:

1. Masalah sanitasi yang tidak baik seperti pada seafood (makanan laut) dan produk buah
2. Residu pestisida yang tidak aman pada sayuran
3. Proses pengalengan yang tidak teregistrasi

Berdasarkan pada Data Keamanan Pangan di Indonesia, Prof Pur lebih menekankan pada pemerintah agar bisa melakukan pembinaan dan promosi bagaimana cara produksi pangan yang baik, terutama untuk masalah sanitasi.

“Bahan pengawet yang sudah masuk daftar BTP (bahan tambahan pangan) sebenarnya efek kesehatannya relatif kecil daripada masalah sanitasi, karena kalau sudah dimasukkan ke dalam BTP maka bahan tersebut aman untuk dikonsumsi,” ungkap Prof Pur.

Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan atau campuran bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. (Sumber: www.detikhealth.com)

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Scroll to Top