Air Cuci Piring Bisa Jadi Sumber Pencemaran Bakteri

cuci-piringJakarta, Tidak perlu heran jika banyak yang kena diare setelah jajan makanan di pinggir jalan. Meski menggunakan air yang sudah dimasak, makanan tersebut masih bisa tercemar bakteri patogen dari air cuci piring yang belum kering betul.

Apalagi sebagian pedagang keliling hanya membawa air dalam jumlah terbatas dan diambil dari sumber yang tidak jelas. Di mana ada sumber air, di situlah para pedagang mengambil air untuk cuci piring meski belum tentu bebas dari pencemaran.

 

Menurut pakar kesehatan lingkungan Universitas Indonesia, Dr Budi Haryanto, MKM, Msc, penggunaan sabun atau detergen saja tidak cukup untuk mensterilkan alat makan. Ketika dibilas dengan air yang sama, piring dan sebagainya bisa tercemar kembali oleh bakteri.

Apalagi saking banyaknya pelanggan, pedagang sering menggunakan lagi alat makan yang belum kering betul setelah dicuci. Padahal jika dikeringkan benar-benar, bakteri sudah bisa mati dalam waktu sekitar 25 menit.

“Yang terpenting tentu saja memilih sumber air bersih untuk mencuci piring, jangan sembarangan memakai air dari sumur yang tercemar,” ungkap Dr Budi saat berbicara dalam diskusi media ‘Waspadai Ancaman di Balik Air Minum Anda’ yang digelar PT Unilever Indonesia di restoran The Apartement, Kuningan, Jakarta, Kamis (2/9/2010).

Dalam kesempatan yang sama, pakar mikrobiologi pangan dari Institut Pertanian Bogor Dr Ir Ratih Dewanti Hariyadi, Msc juga menyampaikan pendapat serupa. Menurutnya, piring yang telah dicuci harus dikeringkan dulu sebelum digunakan jika kualitas airnya tidak meyakinkan.

Jika perlu, piring dipanaskan dulu di dalam oven atau dibilas dengan air panas untuk membunuh bakteri lalu ditiriskan dulu hingga mengering. Bisa juga dengan cara dijemur, sebab terik matahari mengandung sinar ultraviolet yang efektif membunuh bakteri.

“Tapi harus dipastikan, saat dijemur alat-alat makan tersebut tidak diacak-acak oleh ayam, kucing dan sebagainya. Nanti bakterinya malah jadi tambah banyak,” kata Dr Ratih setengah bercanda. (http://health.detik.com)

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Scroll to Top