News

Diabetes Melitus Tipe 2 dan Usaha Penurunan Konsumsi Beras di Indonesia

F.G. Winarno, Purwiyatno Hariyadi, Lukito Wijaya, Hardinsyah, Dahrul Syah, Nuri Andarwulan, Widya Agustinah

RINGKASAN

Sebanyak 60% jumlah penduduk dunia menggunakan beras sebagai bahan pokoknya. Masyarakat Indonesia merupakan pengonsumsi beras tertinggi di dunia, yaitu 139,15 kg/kapita/tahun (Bungaran Saragih, 2012). Sebagai pembanding, Malaysia 80 kg dan Jepang 60 kg/kapita/tahun. Ketahanan Pangan Nasional saat ini masih dititikberatkan dan didasarkan pada peningkatan Penawaran atau Produksi dan masih belum didasarkan pada peningkatan efisiensi manajemen permintaan, yaitu dengan cara mengurangi tingkat konsumsi beras yang didasarkan pada kajian ilmiah serta melalui health promotion yang mengaitkan prevalensi Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dengan tingginya tingkat konsumsi beras.

Target produksi padi (2012) adalah 76,5 juta ton gabah kering atau setara dengan 44 juta ton beras, dengan perhitungan akan surplus 10 juta ton beras (Rusman Heriawan – Wamen Pertanian, 2012). Diperkirakan target tersebut sulit untuk dicapai. Prakarsa baru perlu dilakukan dengan pengendalian manajemen permintaan berdasarkan acuan hasil studi terhadap pengaruh tingginya konsumsi beras yang akan dikaitkan dengan tingginya kasus Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.

Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2 di Indonesia, tertinggi keempat dunia menurut WHO (2004), perlu dikaitkan dengan tingginya tingkat konsumsi beras putih dan gula oleh masyarakat sebagai sumber karbohidrat. Semakin tinggi konsumsi produk yang menggunakan beras dan tepung terigu juga diduga menjadi salah satu faktor penyumbang timbulnya gejala awal diabetes melitus tipe 2.

Beras putih dan gandum diperoleh dari proses penyosohan yang menghasilkan bekatul sebagai limbah, padahal dalam bekatul terdapat komponen gizi prima, yaitu kaya akan serat (baik yang larut maupun yang tidak larut), tinggi komponen lemak dan protein yang bermutu tinggi, kaya akan vitamin B kompleks, mineral, phytosterol, phytonutrient, gama-orizanol dan terdapat sekitar 100 jenis antioksidan yang merupakan potensi penangkal kesehatan dalam mengendalikan dan menurunkan risiko munculnya diabetes tipe 2. Diperkirakan di Indonesia diproduksi sekitar 6 juta ton bekatul/tahun yang terbuang atau kurang dimanfaatkan.Teknologi baru telah mampu membuat bekatul stabil dan tidak cepat tengik.

Informasi mengenai nilai Indeks Glisemik (IG) suatu bahan pangan menjadi sangat penting dalam pengendalian penyakit diabetes melitus tipe 2 karena nilai tersebut mencerminkan kemampuan suatu bahan pangan dalam meningkatkan kadar gula darah postprandial. Data nilai IG dari berbagai jenis bahan baku dan produk pangan di Indonesia juga belum tersedia. Sebaliknya telah dihayati bahwa pangan dengan IG rendah banyak menekan timbulnya overweight, obesitas, serta kasus penderita diabetes melitus tipe2. Semakin tinggi serat semakin rendah IG-nya (dibawah 50). Beras putih rendah seratnya, karena itu hampir seluruh beras dan produk beras memiliki IG yang tinggi (di atas 70).

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis nilai IG dari bekatul beras, bekatul gandum, dan sejumlah makanan tradisional di Jakarta serta mendesain suatu formulasi pangan yang mengandung bekatul untuk menurunkan risiko diabetes melitus tipe 2. Studi intervensi yang direncanakan pada tahun kedua akan mengkaji hubungan formulasi produk pangan industri berbahan bekatul sebagai sumber serat dengan penurunan risiko diabetes melitus tipe 2.

Metode yang dilakukan berupa analisis IG, analisis proksimat dan serat kasar, uji organoleptik, serta uji parameter antropometri dan biokimia klinik (indeks massa tubuh, gula darah puasa dan postprandial, HbA1C, profil lipid, tes faal ginjal, dan fungsi hati).

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui faktor risiko penyakit diabetes melitus tipe 2 yang berkaitan dengan asupan pangan tinggi karbohidrat dan lemak. Hasil tersebut sekaligus mampu memperkuat Sistem Inovasi Nasional pada riset dasar dengan meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian masyarakat terhadap seriusnya bahaya penyakit noninfeksius diabetes melitus tipe 2 bagi masyarakat Indonesia yang dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia Indonesia dan secara umum berdampak nyata pada aspek ekonomi bangsa.

Melalui health promotion yang terencana baik dapat dilakukan sosialisasi mengenai betapa pentingnya penghayatan penurunan konsumsi dalam menekan laju perkembangan penyakit diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Diharapkan bila semua berhasil dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun konsumsi beras Indonesia dapat turun menjadi 100 kg/kg/per kapita dari sekitar 140 kg saat ini

PDF File

error: Content is protected !!